Lampung |
---|
— Provinsi — |
|
|
Slogan: "Sang Bumi Ruwa Jurai" (Bahasa Lampung: Satu tempat dua penduduk) |
Peta lokasi Lampung |
Negara | Indonesia |
---|
Hari aci | 18 Maret 1964 (hari jadi) |
---|
Ibu kota | Bandar Lampung |
---|
Koordinat | 6º 45' - 3º 45' LS 103º 48' - 105º 45' BT |
---|
Pemerintahan |
• Gubernur | Sjachroedin ZP |
---|
Luas |
• Total | 35.376 km2 (13,659 mil²) |
---|
Populasi (2010)[1] |
• Total | 7.691.007 |
---|
• Kepadatan | Bad rounding here220/km2 (Bad rounding here560/sq mi) |
Demografi |
• Suku bangsa | Jawa (62%), Lampung (25%), Sunda (9%), Minangkabau (0.92%), Lain-lain (3,08%) |
---|
• Agama | Islam (96%), Protestan (1,8%), Katolik (0.9), Hindu (1,7%), Buddha (0.3%) |
---|
• Bahasa | Bahasa Lampung, Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, Bahasa Bali |
---|
Zona waktu | WIB |
---|
Kabupaten | 12 |
---|
Kota | 2 |
---|
Disktrik | 225 |
---|
Gampong/kelurahan | 2.072 |
---|
Lagu daerah | Sang Bumi Ruwa Jurai dan Pang Li Pandang |
---|
Situs web | www.lampungprov.go.id |
---|
Lampung yaitu sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia. Di sebelah utara bersamaan batasnya dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung, yang adalah gabungan dari kota kembar Tanjungkarang dan Telukbetung mempunyai wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan utamanya bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Bakauheni serta pelabuhan nelayan seperti Market Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung.
Sedangkan di Teluk Semangka yaitu Kota Luhur (Kabupaten Tanggamus), dan di Laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuhan Maringgai dan Ketapang. Di samping itu, Kota Menggala juga dapat dihadiri kapal-kapal nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang Bawang, adapun di Samudra Indonesia terdapat Pelabuhan Krui.
Lapangan terbang utamanya yaitu "Radin Inten II", yaitu nama baru dari "Branti", 28 Kilometer dari Ibukota melalui jalan negara menuju Kotabumi, dan Lapangan terbang AURI terdapat di Menggala yang bernama Astra Ksetra. Dengan cara Geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan : Timur - Barat tidak sewenang-wenang antara : 103o 40' - 105o 50' Bujur Timur Utara - Selatan tidak sewenang-wenang antara : 6o 45' - 3o 45' Lintang Selatan
Sejarah
Provinsi Lampung kelahiran pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian dijadikan Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung adalah Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan.
Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 maret 1964 tersebut dengan cara administratif masih adalah anggota dari Provinsi Sumatera Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjuk potensi yang sangat akbar serta corak warna aturan sejak dahulu kala istiadat tersendiri yang dapat menambah khasanah aturan sejak dahulu kala budaya di Nusantara yang tercinta ini. Oleh karenanya pada zaman VOC daerah Lampung tanpa lolos dari incaran penindasan Belanda.
Lampung pernah dijadikan wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda sampai ratus tahun ke-16. Waktu Kesultanan Banten menghancurkan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda maka Hasanuddin, sultan Banten yang pertama, mewarisi wilayah tersebut dari Kerajaan Sunda. Hal ini diungkapkan dalam buku The Sultanate of Banten tulisan Claude Guillot pada halamaan 19 sebagai berikut: From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region.[2]
Tatkala Banten dibawah pimpinan Sultan Luhur Tirtayasa (1651-1683) Banten berhasil dijadikan pusat perdagangan yang dapat menyamai VOC di perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Sultan Luhur ini dalam upaya memperluas wilayah kekuasaan Banten mendapat hambatan karena dihalang-halangi VOC yang bercokol di Batavia. Putra Sultan Luhur Tirtayasa yang bernama Sultan Haji diserahi tugas untuk mengalihkan kedudukan mahkota kesultanan Banten.
Dengan kejayaan Sultan Banten pada masa itu pasti saja tanpa menggerakkan rasa puas VOC, oleh karenanya VOC selalu berupaya untuk menduduki kesultanan Banten. Usaha VOC ini berhasil dengan jalan membujuk Sultan Haji sehingga berselisih petuah dengan ayahnya Sultan Luhur Tirtayasa. Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Haji meminta bantuan VOC dan sebagai imbalannya Sultan Haji akan menyerahkan penguasaan atas daerah Lampung untuk VOC. Yang belakang sekalinya pada tanggal 7 April 1682 Sultan Luhur Tirtayasa dihindarkan dan Sultan Haji dinobatkan dijadikan Sultan Banten.
Dari perundingan-perundingan selang VOC dengan Sultan Haji menghasilkan sebuah piagam dari Sultan Haji tertanggal 27 Agustus 1682 yang pokoknya ditengahnya menyebutkan bahwa sejak masa itu pengawasan perdagangan rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Banten untuk VOC yang sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di daerah Lampung.
Pada tanggal 29 Agustus 1682 iring-iringan armada VOC dan Banten membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini diberi petunjuk oleh Vander Schuur dengan membawa surat mandat dari Sultan Haji dan beliau mewakili Sultan Banten. Ekspedisi Vander Schuur yang pertama ini ternyata tanpa berhasil dan beliau tanpa memperoleh lada yag dicari-carinya. Kiranya perdagangan langsung selang VOC dengan Lampung yang dirintisnya mengalami kegagalan, karena ternyata tanpa semua penguasa di Lampung langsung tunduk mentah-mentah untuk kekuasaan Sultan Haji yang bersekutu dengan kompeni, tetapi banyak yang masih mengakui Sultan Luhur Tirtayasa sebagai Sultan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai musuh.
Sementara itu timbul keragu-raguan dari VOC apakah tidak sewenang-wenang Lampung tidak sewenang-wenang dibawah Kekuasaan Sultan Banten, kemudian baru diketahui bahwa penguasaan Banten atas Lampung tanpa mutlak.
Peletakan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut "Jenang" atau kadangkadang disebut Gubernur hanyalah dalam mengurus kepentingan perdagangan hasil bumi (lada).
Sedangkan penguasa-penguasa Lampung asli yang terpencar-pencar pada tiap-tiap gampong atau kota yang disebut "Adipati" dengan cara hirarkis tanpa tidak sewenang-wenang dibawah koordinasi penguasaan Jenang/ Gubernur. Aci penguasaan Sultan Banten atas Lampung yaitu dalam hal garis pantai saja dalam rangka menduduki monopoli arus keluarnya hasil-hasil bumi terutama lada, dengan demikian jelas hubungan Banten-Lampung yaitu dalam hubungan bergantian membutuhkan satu dengan lainnya.
Selanjutnya pada masa Raffles berkuasa pada tahun 1811 beliau merebut daerah Semangka dan tanpa mau meninggalkan daerah Lampung untuk Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda. Namun sesudah Raffles membiarkan bebas Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk Residen Belanda untuk Lampung.
Dalam pada itu sejak tahun 1817 posisi Radin Inten semakin kuat, dan oleh karenanya Belanda merasa khawatir dan mengirimkan ekspedisi kecil di pimpin oleh Assisten Residen Krusemen yang menghasilkan persetujuan bahwa :
- Radin Inten memperoleh bantuan keuangan dari Belanda sebesar f. 1.200 setahun.
- Kedua beradik-berkakak Radin Inten masing-masing akan memperoleh bantuan pula sebesar f. 600 tiap tahun.
- Radin Inten tanpa diperkenankan memperluas kembali wilayah selain dari desa-desa yang sampai masa itu tidak sewenang-wenang dibawah pengaruhnya.
Tetapi persetujuan itu tanpa pernah dipatuhi oleh Radin Inten dan beliau tetap melaksanakan perlawanan-perlawanan terhadap Belanda.
Oleh karenanya pada tahun 1825 Belanda memerintahkan Leliever untuk menangkap Radin Inten, namun dengan cerdik Radin Inten dapat menyerbu benteng Belanda dan membunuh Liliever dan anak buahnya. Akan tetapi karena pada masa itu Belanda sedang menghadapi peperangan Diponegoro (1825 - 1830), maka Belanda tanpa dapat berbuat apa-apa terhadap peristiwa itu. Tahun 1825 Radin Inten meninggal alam dan diubahkan oleh Putranya Radin Imba Kusuma.
Sesudah Peperangan Diponegoro mandek pada tahun 1830 Belanda menyerbu Radin Imba Kusuma di daerah Semangka, kemudian pada tahun 1833 Belanda menyerbu benteng Radin Imba Kusuma, tetapi tanpa berhasil merebutnya. Baru pada tahun 1834 sesudah Asisten Residen diganti oleh perwira militer Belanda dan dengan kekuasaan penuh, maka Benteng Radin Imba Kusuma berhasil dikuasai.
Radin Imba Kusuma menyingkir ke daerah Lingga, namun rakyat daerah Lingga ini menangkapnya dan menyerahkan untuk Belanda. Radin Imba Kusuma kemudian di buang ke Pulau Timor.
Dalam pada itu rakyat dipedalaman tetap melaksanakan perlawanan, "Jalan Halus" dari Belanda dengan memberikan hadiah-hadiah untuk pemimpin-pemimpin perlawanan rakyat Lampung ternyata tanpa membawa hasil. Belanda tetap merasa tanpa bebas sama sekali dari bahaya, sehingga Belanda membentuk tentara sewaan yang terdiri dari orang-orang Lampung sendiri untuk melindungi kepentingan-kepentingan Belanda di daerah Telukbetung dan sekitarnya. Perlawanan rakyat yang digerakkan oleh putra Radin Imba Kusuma sendiri yang bernama Radin Inten II tetap berlanjut terus, sampai yang belakang sekalinya Radin Inten II ini ditangkap dan dibunuh oleh tentara-tentara Belanda yang khusus didatangkan dari Batavia.
Sejak itu Belanda mulai leluasa menancapkan kakinya di daerah Lampung. Perkebunan mulai dikembangkan yaitu penanaman kaitsyuk, tembakau, kopi, karet dan kelapa sawit. Untuk kepentingan-kepentingan pengangkutan hasil-hasil perkebunan itu maka tahun 1913 diciptakan jalan kereta api dari Telukbetung menuju Palembang.
Hingga menjelang Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 dan periode perjuangan fisik sesudah itu, putra Lampung tanpa ketinggalan ikut terlibat dan merasakan betapa pahitnya perjuangan memerangi penindasan penjajah yang silih beralih. Sehingga pada yang belakang sekalinya sebagai mana ditanggalkan pada awal uraian ini pada tahun 1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan dijadikan Daerah Tingkat I Provinsi Lampung.
Kejayaan Lampung sebagai sumber lada hitam pun mengilhami para senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan, ketika Lampung disahkan dijadikan provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam dijadikan salah satu anggota simbol daerah itu. Namun, sayang masa ini kejayaan tersebut telah pudar.
Iklim
Geografi
Provinsi Lampung mempunyai luas 35.376,50 km² dan terletak di selang 105°45'-103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS. Daerah ini di sebelah barat bersamaan batasnya dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang beberapa akbar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Tidak sewenang-wenang juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat.
Kondisi alam Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai adalah daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatera. Di tengah-tengah adalah dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, adalah perairan yang luas.
Gunung
Gunung-gunung yang puncaknya cukup tinggi, selang lain:
- Gunung Pesagi (2262 m) di Liwa, Lampung Barat
- Gunung Seminung (1.881 m) di Sukau, Lampung Barat
- Gunung Tebak (2.115 m) di Sumberjaya, Lampung Barat
- Gunung Rindingan (1.506 m) di Pulau Panggung, Tanggamus
- Gunung Pesawaran (1.662 m) di Kedondong, Pesawaran
- Gunung Betung (1.240 m) di Teluk Betung, Bandar Lampung
- Gunung Rajabasa (1.261 m) di Kalianda, Lampung Selatan
- Gunung Tanggamus (2.156 m) di Kotaagung, Tanggamus
- Gunung Krakatau di Selat Sunda, Lampung Selatan
- Gunung Sekincau Liwa, Lampung barat
- Gunung Ratai di Padang Cermin, Pesawaran
Eksplorasi gunung
Gunung-gunung lampung memang tak setinggi gunung-gunung di pulau jawa, tetapi memili kesulitan yang cukup tinggi untuk mendakinya, karena mempunyai tingkat kerapatan yang tinggi pula. Mahasiswa pecinta alam universitas lampung (MAPALA UNILA)adalah salah satu organisasi yang sering melaksanakan penelitian,pendataan dan eksplorasi gunung-gunung di lampung yang masih perawan dan belum terjamah oleh tangan manusia. selain gunung, MAPALA UNILA juga telah banyak melaksanakan eksplorasi seperti goa didaerah lampung barat(krui), penyu, tebing, sungai, pantai, pulau-pulau disekitar lampung, daerah-daerah terpencil DLL yang tidak sewenang-wenang didaerah lampung.
Sungai
Sungai-sungai yang mengalir di daerah Lampung menurut panjang dan cathment area (c.a)-nya adalah:
- Way Sekampung, panjang 265 km, c.a. 4.795,52 km2
- Way Semaka, panjang 90 km, c.a. 985 km2
- Way Seputih, panjang 190 km, c.a. 7.149,26 km2
- Way Jepara, panjang 50 km, c.a. 1.285 km2
- Way Tulangbawang, panjang 136 km, c.a. 1.285 km2
- Way Mesuji, panjang 220 km, c.a. 2.053 km2
Way Sekampung mengalir di daerah kabupaten Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran dan Lampung Selatan. Anak sungainya banyak, tetapi tanpa tidak sewenang-wenang yang panjangnya sampai 100 km. Hanya tidak sewenang-wenang satu sungai yang panjangnya 51 km dengan c.a. 106,97 km2 ialah Way Ketibung di Kalianda.
Way Seputih mengalir di daerah kabupaten Lampung Tengah dengan anak-anak sungai yang panjangnya semakin dari 50 km adalah:
- Way Terusan, panjang 175 km, c.a. 1.500 km2
- Way Pengubuan, panjang 165 km, c.a. 1.143,78 km2
- Way Pegadungan, panjang 80 km, c.a. 975 km2
- Way Raman, panjang 55 km, c.a. 200 km2
Way Tulangbawang mengalir di kabupaten Tulangbawang dengan anak-anak sungai yang semakin dari 50 km panjangnya, di antaranya:
- Way Kanan, panjang 51 km, c.a. 1.197 km2
- Way Rarem, panjang 53,50 km, c.a. 870 km2
- Way Umpu, panjang 100 km, c.a. 1.179 km2
- Way Tahmy, panjang 60 km, c.a. 550 km2
- Way Besay, panjang 113 km, c.a. 879 km2
- Way Giham, panjang 80 km, c.a. 506,25 km2
Way Mesuji yang mengalir di batas provinsi Lampung dan Sumatera Selatan di sebelah utara mempunyai anak sungai bernama Sungai Buaya, sepanjang 70 km dengan c.a. 347,5 km2.
Hutan-hutan akbar di dataran rendah dapat diberitahukan sudah mandek dimanfaatkan untuk keepentingan pembangunan pertanian, untuk para transmigran yang terus-menerus masuk ke dalam daerah ini. Kayu-kayu hasil hutan diekspor ke luar negeri. Hutan-hutan yang masih tidak sewenang-wenang, yang tanahnya dapat diberitahukan belum banyak dibentangkan beberapa akbar terletak di sebelah barat, di daerah Bukit Barisan Selatan.
Beberapa kota di daerah provinsi Lampung yang tingginya 50 m semakin dari permukaan laut adalah: Tanjungkarang (96 m), Kedaton (100 m), Metro (53), Gisting (480 m), Negerisakti (100 m), Pringsewu (50 m), Pekalongan (50 m), Batanghari (65 m), Punggur (50 m), Padangratu (56 m), Wonosobo (50 m), Kedondong (80 m), Sidomulyo (75 m), Kasui (200 m), Sri Meminta (320 m) dan Kota Liwa (850 m).
Ekonomi
Masyarakat pesisir lampung kebanyakan nelayan, dan bercocok tanam. sedangkan masyarakat tengah kebanyakan berkebun lada, kopi, cengkeh, kayu manis dan lain-lain.
Lampung fokus pada pengembangan lahan bagi perkebunan akbar seperti kelapa sawit, karet, padi, singkong, kakao, lada hitam, kopi, jagung, tebu dan lain-lain. Dan di beberapa daerah pesisir, komoditas perikanan seperti tambak udang semakin menonjol, bahkan untuk tingkat nasional dan internasional. Selain hasil bumi Lampung juga adalah kota pelabuhan (liverpoolnya sumatra) karena lampung yaitu pintu gerbang untuk masuk ke pulau sumatra. dari hasil bumi yang melimpah tumbuhlah banyak industri-industri seperti di daerah pesisir panjang, daerah natar, tanjung bintang, bandar jaya dan lain-lain
Pariwisata
Tahun 2009 Pemerintah Provinsi Lampung mencanangkan tahun kunjungan wisata. Macam Wisata yang dapat dihadiri di Lampung yaitu Wisata Budaya dibeberapa Kampung Tua di Sukau, Liwa, Kembahang, Batu Brak, Kenali, Ranau dan Krui di Lampung Barat serta Festival Sekura yang diadakan dalam seminggu sesudah Idul Fitri diLampung Barat, Festival Krakatau di Bandar Lampung, Festival Teluk Stabas diLampung Barat, Festival Way Kambas di Lampung Timur.
Transportasi
Untuk mengakses Provinsi Lampung, dari arah Aceh dapat menggunakan jalur darat melalui jalan lintas tengah Sumatera, Jalan Lintas Timur Sumatera, dan Jalan Lintas Barat Sumatera. Atau bisa menggunakan jalur udara, melalui Bandara Raden Inten II. Juga untuk jalur laut bisa menggunakan Pelabuhan Bakauheni. Kondisi seluruh jalan akses menuju Lampung dalam kondisi adil. Untuk jalan lintas Sumatera (status jalan nasional), seringkali mengalami kerusakan akibat beban jalan yang tinggi karena dilewati oleh yang dikendarai barang dari seluruh daerah.
Industri
Sebagai gerbang Sumatera, di Lampung sangat potensial berkembang bermacam macam industri. Mulai dari industri kecil (kerajinan) hingga industri akbar, terutama di bidang agrobisnis.
Industri penambakan udang termasuk salah satu tambak yang terbesar di alam sesudah demikianlah keadaanya penggabungan usaha selang Bratasena, Dipasena dan Wachyuni Mandira.
Terdapat juga pabrik gula dengan produksi per tahun mencapai 600.000 ton oleh 2 pabrik yaitu Gunung Madu Plantation dan Sugar Group. pada tahun 2007 kembali disahkan pembangunan 1 pabrik gula kembali dibawah PT. Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI) yang diproyeksikan akan mulai produksi pada tahun 2008.
Industri agribisnis lainnya: ketela (ubi), kelapa sawit, kopi robusta, lada, coklat, kakao, nata de coco dan lain-lain.
Tapis Lampung
Kain Tapisa yaitu pakaian wanita suku Lampung yang mempunyai bentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau adunan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung; "Cucuk").
Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung yaitu hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan dijadikan pakaian khas suku Lampung. Macam tenun ini biasanya dipergunakan pada anggota pinggang ke bawah mempunyai bentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.
Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang dipergunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, adil ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan budaya yang diasumsikan sakral. Kain Tapis masa ini dihasilkan oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Demografi
Bahasa
Masyarakat Lampung yang plural menggunakan bermacam bahasa, selang lain: bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa Minang dan bahasa satu tempat yang disebut bahasa Lampung.
Proses mendidik
Perguruan Tinggi
Politik dan pemerintahan
Kabupaten dan Kota
Daftar gubernur
Seni dan budaya
Sastra
Lampung dijadikan lahan yang subur bagi pertumbuhan sastra, adil sastra (berbahasa) Indonesia maupun sastra (berbahasa) Lampung. Kehidupan sastra (Indonesia) di Lampung dapat diberitahukan sangat ingar-bingar meskipun usia alam kesusastraan Lampung relatif masih muda. Penyair Iwan Nurdaya-Djafar yang baru kembali ke Lampung sesudah mandek kuliah di Bandung sekitar 1980-an mengaku kepenyairan di Lampung masih sepi. Dia baru menjumpai Isbedy Stiawan ZS, A.M. Zulqornain, Sugandhi Putra, Djuhardi Basri, Naim Emel Prahana dan beberapa nama lainnya.
Barulah masuk ke dalam 1990-an kemudian Lampung mulai semarak dengan penyair-penyair seperti Iswadi Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi, Ahmad Yulden Erwin, Christian Heru Cahyo dan lain-lain. Menyusul kemudian Ari Pahala Hutabarat, Budi Elpiji, Rifian A. Chepy, Dahta Gautama dkk. Sekarang tidak sewenang-wenang Dina Oktaviani, Alex R. Nainggolan, Jimmy Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit Putria Marga, Nersalya Renata dan Lupita Lukman. Selain itu tidak sewenang-wenang cerpenis Dyah Merta dan M. Arman AZ..
Leksikon Seniman Lampung (2005) menyebutkan tanpa belum cukup dari 36 penyair/sastrawan Lampung yang meramaikan lembar-lembar sastra koran, jurnal dan majalah seantero negeri.
Teater
Perkembangan teater di Lampung banyak dilatarbelakangi dari keinginan para pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam kelompokan seni untuk mempelajari seni peran dan pertunjukkan. Beberapa kelompokan teater kampus dan pelajar yang masih tercatat aktif sampai masa ini yaitu teater Kurusetra (UKMBS Unila), KSS (FKIP Unila), Green Teater (Umitra), Teater Biru (Darmajaya), Teater Kapuk (STAIN Metro), Teater Sudirman 41 (SMAN 1 Bandar Lampung), Teater Gemma (SMAN 2 Bandar Lampung), Teater Palapa (SMAN 3 Bandar Lampung), Teater Sanggar Madani(SMAN 5 Bandar Lampung), Teater Handayani (SMAN 7 Bandar Lampung), Kolastra (SMAN 9 Bandar Lampung), Teater Sebelas (SMAN 11 Bandar Lampung), Teater Pelopor (SMA Perintis 1 Bandar Lampung), Insyaallah Teater (SMU Perintis 2 Bandar Lampung), Teater Cupido (SMAN 1 Sumberjaya).
Sedangkan beberapa teater yang digerakkan seniman-seniman Lampung yaitu Teater Satu, Komunitas Berkat Yakin (Kober), Teater Kuman, Teater Sendiri. Penggerak teater di Lampung yang masih eksis mengembangkan seni pertunjukkan teater melalui karya-karyanya ditengahnya Iswadi Pratama, Ari Pahala Hutabarat, Robi akbar, M. Yunus, Edi Samudra Kertagama, Ahmad Jusmar, Imas Sobariah, Ahmad Zilalin, Darmawan. Lampung tanpa hanya dikenal banyak melahirkan sastrawan-sastrawan baru namun aktor-aktor potensial pun juga tanpa seberapa yang timbul seperti, Rendie Dadang Yusliadi, Robi Akbar, Eyie, Iin Mutmainah, M Yunus, Dedi Nio, Liza Mutiara Afriani, Iskandar GB, Ruth Marini.
Dalam tiap tahunnya even-even teater seperti pertunjukan, lomba, workshop dan diskusi kerap digelar di Provinsi ini serta tempat tempat yang sering dipergunakan yaitu Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung, Auditorium RRI, GSG UNILA, Academic Centre STAIN Metro, Gedung PKM Unila, Aula FKIP Unila, Market Seni Enggal.
Adapun even tahunan teater yang terbesar di Lampung yaitu Liga Teater SLTA se-Provinsi Lampung sebagai area apresiasi para aktor Pelajar Lampung yang kualitasnya tanpa kalah dengan pelajar di luar Lampung.
Musik
Sebagaimana sebuah daerah, Lampung mempunyai beraneka ragam macam musik, mulai dari macam tradisional hingga modern (musik modern yang mengadopsi kebudayaan musik global). Adapun macam musik yang masih bertahan hingga sekarang yaitu Klasik Lampung. Macam musik ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik. Mungkin macam musik ini adalah perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu sendiri. Beberapa cara festival diadakan dengan tujuan untuk mengembangkan budaya musik tradisional tanpa harus khawatir akan kehilangan jati diri. Festival Krakatau, misalnya yaitu sebuah Festival yang diadakan oleh Pemda Lampung yang bertujuan untuk mengenalkan Lampung untuk alam luar dan sekaligus dijadikan area promosi pariwisata.
Tarian
Tidak sewenang-wenang bermacam macam tarian yang adalah aset budaya Provinsi Lampung. Salah satu macam tarian yang terkenal yaitu Tari Sembah dan Tari Melinting (saat ini nama Tari Sembah sudah dibakukan dijadikan Sigeh Pengunten). Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat lampung untuk menyambut dan memberikan penghormatan untuk para tamu atau undangan yang masuk, mungkin bolehlah diberitahukan sebagai sebuah tarian penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun kerap kali diteruskan dalam upacara aturan sejak dahulu kala pernikahan masyarakan Lampung.
Busana Aturan sejak dahulu kala
Daerah Lampung dikenal sebagai penghasil kain tapis, kain tenun bersulam benang emas yang indah. Kain ini dibuat oleh wanita. Pada penyelenggaraan upacara aturan sejak dahulu kala, seperti perkawinan, tapis yang ditanggapi sulaman benang emas dengan motif yang indah adalah kekompletan busana aturan sejak dahulu kala daerah Lampung.
Dalam keseharian laki-laki Lampung mengikat kepalanya dengan kikat. Bahannya dari kain batik. Bila dipakai dalam kerapatan aturan sejak dahulu kala dipadukan dengan baju teluk belanga dan kain. Lelaki muda Lampung semakin menyenangi memakai kepiah/ketupung, yaitu tutup kepala mempunyai bentuk segi empat berwarna hitam terbuat dari kain tebal, apalagi kalau ingin bertemu dengan gadis. Untuk mengiring pengantin dikenakan kekat akkin, yaitu destar dengan anggota tepi dihias bunga-bunga dari benang emas dan anggota tengah berhiaskan siger, serta di salah satu sudutnya terdapat sulaman benang emas berupa bunga tanjung dan bunga cengkeh.
Sebagai penutup badan dikenakan kawai, yaitu baju mempunyai bentuk teluk belanga belah buluh atau jas. Baju ini terbuat dari bahan kain tetoron atau belacu dan semakin disukai yang berwarna terang. Tetapi sekarang banyak dipergunakan kawai kemija, yaitu bentuk kemeja seperti pakaian sekolah atau moderen. Pemakaian kawai kemija ini sudah biasa untuk menyertai kain dan peci, ketika menghadiri upacara aturan sejak dahulu kala sekalipun.
Anggota bawah mengenakan senjang, yaitu kain yang dibuat dari kain Samarinda. Bugis atau batik Jawa. Tetapi sekarang telah dikenal demikianlah keadaanya celanou (celana) pendek dan panjang sebagai penganti kain.
Kaum wanita Lampung sehari-hari memakai kanduk/kakambut atau kudung sebagai penutup kepala yang dilibatkan. Bahannya dari kain halus tipis atau sutera. Selain itu, kaum ibu kadangkadang menggunakannya sebagai kain pengendong anak kecil.
Lawai kurung dipergunakan sebagai penutup badan, mempunyai bentuk seperti baju kurung. Baju ini terbuat dari bahan tipis atau sutra dan pada tepi muka serta lengan biasa dihiasi rajutan renda halus. Sebagai kain dikenakan senjang atau cawol. Untuk memperketat ikatan kain (senjang) dan celana di pinggang laki-laki dipergunakan bebet (ikat pinggang), sedangkan wanitanya menggunakan setagen. Peralatan lain yang dikenakan oleh laki-laki Lampung yaitu selikap, yaitu kain selendang yang dipakai untuk penahan panas atau dingin yang dilibatkan di leher. Pada waktu mandi di sungai, kain ini dipakai sebagai kain basahan. Selikap yang terbuat dari kain yang mahal dipakai masa menghadiri upacara aturan sejak dahulu kala dan untuk melaksanakan ibadah ke masjid.
Untuk menghadiri upacara aturan sejak dahulu kala, seperti perkawinan kaum wanita, adil yang gadis maupun yang sudah kawin, menyanggul rambutnya (belatung buwok). Cara menyanggul seperti ini membutuhkan rambut tambahan untuk berbelit rambut ash dengan bantuan rajutan benang hitam halus. Kemudian rajutan tadi ditusuk dengan bunga kawat yang dapat bergerak-gerak (kembang goyang).
Khusus bagi wanita yang baru menikah, pada masa menghadiri upacara perkawinan mengenakan kawai/kebayou (kebaya) beludru warna hitam dengan adunan rekatan atau sulaman benang emas pada ujung-ujung kebaya dan anggota punggungnya. Dikenakan senjang/ cawol yang penuhi adunan terbuat dari bahan tenun bertatah sulam benang emas, yang dikenal sebagai kain tapis atau kain Lampung. Sulaman benang emas tidak sewenang-wenang yang dibuat berselang-seling, tetapi tidak sewenang-wenang yang disulam hampir di seluruh kain.
Para ibu muda dan pengantin baru dalam menghadiri upacara aturan sejak dahulu kala mengenakan kain tapis bermotif dasar bergaris dari bahan katun bersulam benang emas dan kepingan kaca. Di bahunya tersampir tuguk jung sarat, yaitu selendang sutra bersulam benang emas dengan motif tumpal dan bunga tanjung. Selain itu, juga dapat dikenakan selekap balak, yaitu selendang sutra disulam dengan emas dengan motif pucuk rebung, di tengahnya bermotifkan siger yang di kelilingi bunga tanjung, bunga cengkeh dan adunan berupa ayam jantan.
Untuk memperindah dirinya dipergunakan bermacam asesoris terbuat dari emas. Selambok/rattai galah, yaitu kalung leher (monte) berangkai kecil-kecil dilengkapi dengan leontin dari batu permata yang ikat dengan emas. Kelai pungew, yaitu gelang yang dipakai di lengan kanan atau kiri, biasanya mempunyai bentuk seperti badan ular (kalai ulai). Pada jari tengah atau manis diberi cincin (alali) dari emas, perak atau suasa diberi mata dari permata. Dikenakan pula kalai kukut, yaitu gelang kaki yang biasanya mempunyai bentuk badan ular melingkar serta dapat dirangkaikan. Kalai kukut ini dipakai sebagai peralatan pakaian masyarakat yang hidup di gampong, kecuali masa pergi ke ladang.
Pakaian mewah ditanggapi dengan warna kuning keemasan dapat dijumpai pada busana yang dikenakan pengantin daerah Lampung. Mulai dari kepala sampai ke kaki terlihat warna kuning emas.
Di kepala mempelai wanita bertengger siger, yaitu mahkota mempunyai bentuk seperti tanduk dari lempengan kuningan yang ditatah hias bertitik-titik rangkaian bunga. Siger ini berlekuk ruji tajam berjumlah sembilan lekukan di depan dan di belakangan (siger tarub), yang setiap lekukannya diberi adunan bunga cemara dari kuningan (beringin tumbuh). Puncak siger diberi adunan serenja bulan, yaitu kembang hias berupa mahkota berjumlah satu sampai tiga buah. Mahkota kecil ini mempunyai lengkungan di anggota bawah dan beruji tajam-tajam pada anggota atas serta berhiaskan bunga. Pada umumnya terbuat dari bahan kuningan yang ditatah.
Badan mempelai dibungkus dengan sesapur, yaitu baju kurung bewarna putih atau baju yang tanpa berangkai pada sisinya dan di tepi anggota bawah berhias uang perak yang digantungkan berangkai (rambai ringgit). Sebagai kainnya dikenakan kain tapis dewo sanow (kain tapis dewasana) dipakai oleh wanita pada waktu upacara akbar (begawi) dari bahan katun bersulam emas dengan motif tumpal atau pucuk rebung. Kain ini dibuat beralaskan benang emas, hingga tanpa nampak kain dasarnya. Bila kain dasarnya masih nampak disebut jung sarat. Macam tapis dewasana adalah hasil tenunan sendiri, yang sekarang sangat jarang dibuat kembali.
Pinggang mempelai wanita dilingkari bulu serti, yaitu ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru berlapis kain merah. Anggota atas ikat pinggang ini dijaitkan kuningan yang diputus mempunyai bentuk bulat dan bertahtakan adunan berupa bulatan kecil-kecil. Di bawah bulu serti dikenakan pending, yaitu ikat pinggang dari uang ringgitan Belanda dengan gambar ratu Wihelmina di anggota atas.
Pada anggota dada tergantung mulan temanggal, yaitu adunan dari kuningan mempunyai bentuk seperti tanduk tanpa motif, hanya bertatah dasar. Kemudian dinar, yaitu uang Arab dari emas diberi peniti digantungkan pada sesapur, tepatnya di anggota atas perut. Dikenakan pula buah jukum, yaitu adunan mempunyai bentuk buah-buah kecil di atas kain yang dirangkai dijadikan untaian bunga dengan benang dijadikan kalung panjang. Biasanya kalung ini dipakai melingkar mulai dari bahu ke anggota perut sampai ke belakangan.
Gelang burung, yaitu adunan dari kuningan mempunyai bentuk burung bersayap yang diikatkan pada lengan kiri dan kanan, tepatnya di bawah bahu. Di atasnya direkatkan bebe, yaitu sulaman kain halus yang berlubang-lubang. Sementara gelang kana, terbuat dari kuningan berukir dan gelang Arab, yang mempunyai bentuk seberapa berbeda, dikenakan bersama-sama di lengan atas dan bawah.
Mempelai laki-laki mengenakan kopiyah mas sebagai mahkota. Bentuknya bulat ke atas dengan ujung beruji tajam. Bahannya dari kuningan bertahtakan adunan karangan bunga. Badannya ditutup dengan sesapur warna putih berlengan panjang. Dipakai celanou (celana) panjang dengan warna sama dengan warna baju.
Pada pinggang dibalutkan tapis bersulam benang emas penuh dieratkan dengan pending. Anggota dada dijadikan terlibat membentuk silang limar, yaitu selendang dari sutra disulam benang emas penuh. Lengan dihias dengan gelang burung dan gelang kana. Peralatan lain yang menghiasi badan sama seperti yang dikenakan oleh mempelai wanita. Kaki kedua mempelai dibungkus dengan selop beludru warna hitam.
Rumah Aturan sejak dahulu kala
Rumah tradisional aturan sejak dahulu kala Lampung, atau yang sering disebut Nuwo Sesat, mempunyai ciri khas seperti: mempunyai bentuk panggung, atap terbuat dari anyaman ilalang, terbuat dari kayu dikarenakan untuk menghindari serangan hewan dan semakin kokoh bila terjadi gempa bumi, karena masyarakat lampung telah mengenal gempa dari zaman dahulu dan lampung terletak di pertemuan lempeng Asia dan Australia.
Lihat juga
Pranala luar
Sumber acuan
|
---|
| Provinsi | | |
---|
| Gubernur | |
---|
| Kabupaten dan kota | |
---|
| Tokoh | |
---|
| Daftar | |
---|
| Kota akbar | |
---|
|
Sumber :
ensiklopedia.web.id, pendidikan-lampung.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan lain-lain.